Pejabat Kampus: "saya bisa panggil mahasiswa lain untuk menghadapi mahasiswa yg aksi"
#SaveUNJ
Sepuluh hari yg lalu, gedung Rektorat Universitas Negeri Jakarta terlihat begitu ramai. Istana "Kerajaan" universitas itu sedang kebanjiran mahasiswa yg meneriaki dan mengkritik kampus melalui orasi untuk membangunkan raja-raja kampus yg sedang asyik duduk di ruangan ber-AC.
Mereka yg dianggap provokator aksi dan "senga" oleh pihak kampus itu menamakan diri sebagai Aliansi Mahasiswa UNJ. Aliansi yg melakukan protes terhadap mati surinya suara Kampus terhadap kasus pemerkosaan Mahasiswi yg dilakukan oleh Andri Rivelino.
Aksi pun diakhiri dengan penandatanganan MoU yang berisi dua point tuntutan;
1. Menuntut kampus untuk menonaktifkan dan mengajukan pengeluaran Andri Rivelino dari UNJ
2. Meminta kampus untuk melindungi korban di meja hukum.
Dalam ceramah singkatnya, pihak kampus berjanji akan "menyediakan pengacara" untuk mendampingi korban dalam proses hukum. Selain itu, Wakil Rektor III bidang kemahasiswaan UNJ juga mengapresiasi penuh aksi mahasiswa yg dilakukan pada siang hari itu.
Namun sayang, janji itu omong kosong, komedi omong dan mereka dusta terhadap mahasiswa.
Setelah aksi mahasiswa pada tanggal 6 Mei diakhiri. Ibu Saodah (Ibu korban) dihubungi oleh pihak kampus dan diminta untuk bertemu dgn pihak kampus pada tanggal 7 Mei 2015. Ibu pun segera memenuhi panggilan tersebut dgn harapan anaknya akan dibantu.
Bukannya dukungan yg didapat, ibu saodah justru mendapat intimidasi dari pihak kampus. Wacana pejabat kampus yg berjanji akan menyediakan pengacara untuk korban tidak ditepati.
Lembaga kampus yg seharusnya bertanggung jawab terhadap kasus yg menimpa anak didiknya tsb nyatanya tidak bisa menyediakan pengacara untuk "melindungi" mahasiswi-nya sendiri. Lalu kita bertanya, dimana pertanggungjawaban Rektor dan wakil-wakil-nya terhadap mahasiswa UNJ? Dan dimana letak kedaulatan mahasiswa atas kampusnya sendiri?
Belum lagi SK pemecatan Andri Rivelino dari pihak Rektor yg tak kunjung keluar hingga hari ini/ sepuluh hari setelah MoU itu disepakati oleh pihak kampus dengan mahasiswa.
Kita bersyukur Ibu Saodah berhasil mendorong kampus untuk membentuk "Tim Investigasi" artinya itu salah satu upaya kampus utk menolong korban walaupun tanpa pendampingan pengacara seperti yg pernah mereka janjikan di depan ratusan mahasiswa yg menggelar aksi.
Selain itu, pihak kampus yg katanya mendukung aksi mahasiswa di tanggal 6 Mei 2015 justru malah bicara seperti ini, "saya bisa panggil mahasiswa lain untuk menghadapi mahasiswa yg aksi, kalo mahasiswa lain saya suruh atasin mereka, mereka yg aksi pasti bisa kalah"
Kalian pasti geram mendengar ini. Kita pun kesal dan menyesalkan omongan yg keluar dari mulut pejabat kampus seperti itu. Omongan tersebut tentu tdk mencerminkan status dia sebagai seorang pimpinan kampus. Karena ada upaya "mengadu domba" sesama mahasiswa. Yakni mengajak mahasiswa lain untuk menghabisi mahasiswa yg menggelar aksi.
Namun gerakan akan tetap berlanjut. Melalui doa, harapan dan dukungan ibu korban, Aliansi Mahasiswa UNJ kembali memiliki energi. Kami tidak takut dengan ancaman pihak kampus. Hadapi kami pak, hadapi layaknya laki-laki bukan menggunakan cara-cara banci.
Untuk para Mahasiswa, kasus ini pasti sangat melelahkan. Butuh kesabaran, butuh konsistensi dan keseriusan. Siapa yg menyuarakan keadilan akan terus dihujani hujatan dan ancaman. Temanku bilang jangan takut dan gentar. Ada pesan dari Rendra, "Saya telah menyaksikan/bagaimana keadilan telah dikalahkan/oleh para penguasa dengan gaya yang anggun"
TTD
Aliansi Mahasiswa UNJ
Postingan tulisan ini bisa dilihat melalui:
Twitter @SaveUNJ
Fan Page FB : Save UNJ
Btw bantu sebar ya..
Jumat, 15 Mei 2015
Sabtu, 09 Mei 2015
Essay Hasil Wawancara dengan Petugas Kebersihan UNJ
Hari/Tanggal Wawancara : Jumat, 8 Mei 2015
Waktu Wawancara : 15.00 WIB
Tempat :
Pendopo Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
Narasumber :
Iman
Pewawancara :
Tri Wahyuni
Tema wawancara : Tentang UNJ
Tujuan wawancara : Mengetahui pendapat narasumber mengenai UNJ dan
isu-isu terkait.
Iman (narasumber) sebagai salah satu petugas kebersihan di
Universitas Negeri Jakarta. Beliau merupakan orang rantau, usianya masih muda 24
tahun asalnya dari Garut. Beliau disini tinggal bersama saudaranya tepatnya
beralamatkan Jl. Pemuda 1 RT.01 RW.02. Beliau baru bekerja sebagai petugas
kebersihan lebih kurang 2 minggu ini. Meskipun pekerjaannya hanya sebagai
petugas kebersihan tapi dirinya merasa memiliki tanggung jawab penuh atas
pekerjaannya tersebut.
Saya bertanya-tanya sedikit mengenai pendapat beliau tentang
Universitas Negeri Jakarta, menurut beliau “UNJ itu salah satu kampus negeri
yang bagus, mungkin banyak sekali yang ingin berkuliah di UNJ. Kalau tidak
salah saya dengar juga UNJ itu salah satu kampus favorit, tapi saya kurang tau
jelasnya juga sih”. Selain itu, beliau berpendapat bahwa kebersihan di UNJ
masih kurang, maka dari itu beliau dan rekan-rekannya satu perusahaan yang
bekerja dibidang jasa kebersihan lingkungan juga merasa turut andil dalam
masalah tersebut. Tidak hanya itu, beliau juga terkadang berpikir bahwa
maahasiswa zaman sekarang masih banyak yang kurang dewasa bahkan tidak dewasa,
masih lenje, kesopanannya juga kadang masih kurang, dan rasa tanggung
jawabnya terhadap lingkungan dan sesama juga masih kurang. Lalu menurut beliau,
“Dosen di UNJ juga sangat baik, rata-rata ramah semua dalam berbaur dengan
lingkungannya”.
Ada juga pendapat beliau mengenai gaji yang kerap kali lambat
diterima oleh pegawai. “Masih ruwet nih masalah pencairan gaji pegawai, kalo
dari PT.XXX sih udah, cuma yang dari XXX belum” begitu beliau menjelaskan keluh
kesah masalah gaji yang tersendat dari perusahaan yang mewadahi jasa kebersihan
yang beliau jalani. Beliau pun menginginkan gaji yang diterimanya diwaktu lain tidak
tersendat seperti yang sekarang. Jika ada masalah dalam perusahaan pun jangan
sampai melibatkan hak pegawai yang tertunda, begitu menurutnya. “Kalo bisa sih
pihak dari UNJ kalo nanti ada masalah lagi terutama gaji ya ikut bantu aja gitu
biar perusahaan juga gak ngaret” begitu tambahnya disela perbincangan kami.
Setelah saya bertanya mengenai pendapat beliau mengenai Universitas
Negeri Jakarta, saya bertanya mengenai isu-isu terhangat yang sekarang ada di
lingkungan Universitas Negeri Jakarta. Beliau tidak terlalu tahu tentang
isu-isu yang ada, seperti yang beliau paparkan “saya sih gak terlalu tau kalo
soal isu-isu yang ada di kampus, tapi yang saya dengar-dengar sekarang sih yang
masalah dosen cabul aja. Kalau untuk jelasnya lagi juga saya kurang tau tuh”.
Kemudian beliau menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan salah satu tindakan
asusila dan tidak pantas dilakukan oleh orang yang berpendidikan utamanya di
wilayah kampus. Menurut saya pun ini juga menunjukan nilai moral bangsa yang
kian merosot. Beliau juga menerangkan, hal ini juga bisa terjadi bukan hanya karena
kesalahan sang dosen tapi bisa juga karena mahasiswinya sendiri yang pakaiannya
kurang tertutup, karena akar masalahnya pun bisa jadi berbeda-beda di setiap
perbincangan orang ke orang. Pak Iman berpendapat “kalo menurut saya sih
tersangkanya di tangkep aja dulu terus tanyain motivasi dia kaya gitu apa,
supaya lebih jelas dan nantinya ga ada main hakim sendiri” tegas beliau saat
menyampaikan solusi tersebut.
Langganan:
Postingan (Atom)